MENJELASKAN DASAR ILMU STATIKA
DAN TEGANGAN
A. DASAR ILMU
STATIKA
1. Pengertian
Statik (bukan statistika) adalah ilmu yang
mempelajari tentang kesetimbangan benda, termasuk gaya-gaya yang bekerja pada
sebuah benda/titik materi agar benda tersebut dalam keadaan setimbang. Agar
mudah dalam mempelajari ilmu statistika, maka perlu terlebih dahulu mengetahui
besaran, satuan, dan hukum Newton.
Segala sesuatu yang dapat diukur dan nilainya dapat dinyatakan dengan angka dan satuan disebut besaran. Setiap
besaran memiliki satuan. Satuan adalah suatu standar yang dapat digunakan
sebagai pembanding dalam pengukuran.
Besaran yang satuannya telah ditetapkan lebih dahulu dan yang merupakan
dasar untuk mendefinisikan besaran lain dinamakan besaran pokok. Yang termasuk
besaran pokok antara lain : panjang (satuannya meter), massa (kg), waktu
(detik), arus listrik (Ampere), suhu (Kelvin), intensitas cahaya (Kandela atau
cd), jumlah zat (mol), sudut datar (radian), sudut ruang (steradian).
Besaran yang dijabarkan/diturunkan dari besaran pokok dinamakan besaran
turunan. Yang termasuk besaran turunan antara lain : gaya (satuannya Newton),
energi (Joule), daya listrik (Watt), beda potensial atau tegangan listrik
(Volt), tekanan (Pascal), momen gaya (Nm), tegangan (N/m2), modulus
kekenyalan (N/m2), momen tahanan (m3), dan sebagainya.
Mekanika adalah ilmu yang menggambarkan dan meramalkan kondisi benda yang
diam atau bergerak, karena pengaruh gaya yang bereaksi pada suatu benda. Ada
dua kelompok besaran yang dipakai dalam mekanika, yaitu besaran skalar dan
besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki besar atau
nilai, antara lain panjang, massa, waktu, volume, laju, energi, daya, suhu,
potensial listrik. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki arah dan
memiliki besar, antara lain gaya, kecepatan, percepatan, perpindahan, momentum,
kuat medan, dan sebagainya.
2. Hukum
Newton
a. Hukum I Newton
Pada saat
kita naik bus atau mobil yang dalam keadaan berjalan cepat tiba-tiba mendadak
direm, maka badan kita akan terdorong ke depan. Sebaliknya bila kendaraan
tersebut mendadak bergerak maju, badan kita akan terpelanting ke belakang.
Mengapa hal itu dapat terjadi ? Karena setiap benda yang dalam keadaan diam
akan cenderung tetap diam dan benda yang bergerak akan cenderung bergerak
terus. sifat untuk mempertahankan keadaan itulah yang dikatakan sebagai sifat
kelembaman (inersia) suatu benda. Sehingga oleh Sir Isaac Newton (1642 – 1727)
ditetapkan sebagai Hukum I Newton (hukum
kelembaman) yang berbunyi : Setiap
benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau diam, jika tidak ada resultan
gaya yang bekerja pada benda itu.
Rumus
Hukum I Newton : åF = 0 (baca :
sigma F sama dengan nol), artinya resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda
sama dengan nol. Bila resultan gaya-gaya pada sebuah benda sama dengan nol,
maka benda tersebut tidak memiliki percepatan (a = 0)
Gambar 1.1 Resultan gaya-gaya sama dengan nol
b. Hukum II Newton
Apabila
resultan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda tidak sama dengan nol, maka
benda tersebut akan bergerak dengan suatu percepatan tertentu.
Menurut
Hukum II Newton : Percepatan yang timbul
pada suatu benda karena dipengaruhi oleh gaya F besarnya akan berbanding lurus
dan searah dengan gaya itu dan berbanding terbalik dengan massa benda.
Persamaan Hukum II Newton :
Dimana : F = gaya yang bekerja pada benda (satuannya N)
m = massa benda (satuannya kg)
a = percepatan pada benda (satuannya m/s2)
IN = 1 kg . m/s2
c. Hukum III Newton
Hukum III Newton berbunyi : Apabila
sebuah benda mengerjakan gaya pada benda ke dua, maka dari benda kedua tersebut
timbul gaya (lawan) terhadap benda yang pertama yang besarnya sama, tetapi
arahnya berlawanan.
Gaya dari benda pertama yang dirasakan oleh benda kedua disebut aksi.
Gaya dari benda kedua yang melawan gaya pertama disebut reaksi. Sehingga Hukum
III Newton sering disebut gaya aksi dan dinyatakan bahwa aksi = – reaksi atau W
(gaya aksi) = – N (gaya reaksi).
Contohnya adalah sebuah penghapus diletakkan di atas meja, maka penghapus
akan menekan meja dengan gaya vertikal ke bawah yang besarnya W (aksi),
sehingga meja akan menahan penghapus dengan gaya yang sama besar tetapi arahnya
vertikal ke atas (reaksi). Gaya reaksi oleh meja terhadap penghapus disebut
gaya normal (N).
|
Sesuatu yang menyebabkan benda yang diam menjadi bergerak atau sesuatu yang
menyebabkan benda yang bergerak mengalami perubahan gerak disebut gaya. Seseorang yang menendang bola
merupakan contoh gaya yang dibangkitkan oleh manusia. Sebuah benda di atas
bidang licin kemudian ditarik maka hanya membutuhkan tenaga yang kecil. Lain
dengan sebuah benda yang berada di atas bidang kasar, maka bila ditarik akan
terasa berat, berarti antara bidang kasar dengan benda yang ditarik terjadi
gaya yang menghambat gerakan benda yang disebut gaya gesekan.
Ada beberapa
macam gaya, antara lain :
a. Gaya otot (gaya yang dibangkitkan oleh
manusia atau binatang)
b. Gaya berat (gaya yang terjadi karena
gravitasi bumi)
c. Gaya gesekan (gaya perlawanan yang menghambat
gerakan benda)
d. Gaya pegas (gaya yang diberikan oleh pegas
yang tertekan atau tertarik)
e. Gaya sentrifugal (gaya yang keluar dari titik
pusat benda yang diikat seutas tali lalu diputar sehingga tali akan tertarik
tegang).
Gaya termasuk besaran vektor, sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk
gambar. Untuk menyatakan gaya pada gambar harus mengikuti tiga ketentuan :
a. Ada titik tangkap gaya (titik tempat gaya
mulai bekerja) yang digambarkan dengan sebuah titik.
b. Ada arah gaya yang digambarkan dengan anak
panah (arah anak panah menunjukkan arah gaya bekerja).
c. Ada besarnya gaya, besarnya gaya digambarkan
dengan garis lurus, panjangnya garis menyatakan besarnya gaya.
Untuk melukiskan besarnya gaya digunakan skala gaya. Misalnya skala gaya :
1 cm # 10 N (baca : 1 cm sama dan sebanding dengan 10 N), artinya panjang garis
1 cm menggambarkan besarnya gaya 10 Newton. Penentuan skala gaya tergantung
pada besar kecilnya gaya dan terserah pada orang yang menggambar. Garis lukisan
gaya dapat diperpanjang atau dipindah sepanjang garis kerja gaya. Dengan kata
lain bahwa gaya dapat dipindahkan sepanjang garis kerjanya asalkan arah dan
besarnya sama. Lihat gambar berikut ini, titik A adalah titik tangkap gaya,
anak panah B adalah arah gaya yaitu ke kanan, F adalah besarnya gaya yang
digambar mulai A sampai B yang panjangnya dalam satuan mm atau cm. Besarnya
gaya F adalah panjang L dikalikan skala gaya, misalkan panjang L = 2,4 cm dan
skala gaya 1 cm # 10 N, maka besarnya F adalah 2,4 cm x 10 N/cm = 24 N.
Gambar
1.4 Melukis gaya
2. Menguraikan
dan Menyusun Gaya
Apabila pada
sebuah benda bekerja beberapa gaya, maka beberapa gaya dapat diganti dengan
sebuah gaya pengganti yang disebut gaya resultan (R). Beberapa gaya yang
diganti itu disebut komponen gaya. Mengganti beberapa gaya menjadi sebuah gaya
disebut menyusun gaya. Untuk menyusun gaya dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu cara analistis (dengan cara dihitung) dan cara grafis (dengan cara digambar/dilukis).
Sebuah gaya juga dapat diuraikan menjadi dua komponen gaya, yaitu diuraikan
terhadap sumbu x dan sumbu y. Dari gambar 1.5 terdapat gaya F yang diuraikan
menjadi komponen gaya Fx dan Fy.
Gambar 1.5 Gaya
F diuraikan menjadi Fx dan Fy
a. Menyusun
beberapa buah gaya yang searah dan satu garis kerja
Bila beberapa
buah gaya yang searah dan segaris kerja, maka besarnya gaya pengganti atau R
adalah hasil penjumlahan dari beberapa gaya tersebut dan arahnya gaya R mengikuti
arah beberapa gaya tersebut.
Contohnya
: Sebuah benda ditarik oleh tiga buah gaya yang arahnya sama-sama ke kanan,
yaitu F1 = 11 N, F2 = 19 N, F3 = 32 N, maka
besarnya gaya pengganti atau R adalah :
– Cara analistis : R = F1 + F2 + F3
= 11 + 19 + 32 = 52 N
– Cara grafis : Dipakai skala : 1 cm # 10 N, maka F1
digambar 1,1 cm, F2 digambar 1,9 cm dan F3 digambar 3,2
cm seperti gambar berikut ini.
Besarnya R adalah :
Gambar 1.6 Menyusun gaya yang searah dan segaris kerja
Dari gambar 1.6
didapat panjang R = 5,2 cm ke arah kanan.
Maka R = 5,2 cm x
10 N/cm = 52 N (ke arah kanan diberi tanda positif).
Jadi, besarnya resultan R = 52 N.
b. Menyusun
beberapa gaya yang berlawanan arah dan satu garis kerja
Bila dua buah
gaya yang segaris kerja namun arahnya berlawanan, maka besarnya gaya pengganti
atau R adalah selisih dari kedua gaya tersebut dan arahnya gaya R mengikuti
arah gaya yang lebih besar.
Contoh sebuah
benda ditarik oleh tiga buah gaya, yaitu F1 = 13 N dan F2
= 16 N ke arah kanan, F3 = 39 N ke arah kiri, maka besarnya gaya
pengganti atau R adalah :
– Cara analistis : R = F1 + F2 – F3
= 13 + 16 – 39 = –10 N ke kiri.
– Cara grafis : Dipakai skala : 1 cm # 10 N, maka F1
digambar 1,3 cm, F2 digambar 1,6 cm dan F3 digambar 3,9
cm seperti gambar 1.7.
Gambar 1.7 Menyusun gaya yang berlawanan arah dan segaris
kerja
Dari gambar 1.7
di dapat panjang R = 1 cm ke arah kiri.
Maka R = 1 cm x
10 N/cm = 10 N ke arah kiri.
Jadi besarnya resultan R = –10 N (ke arah kiri diberi
tanda negatif).
c. Menyusun
beberapa gaya yang tidak searah, tetapi pada satu titik tangkap
Untuk
menyusun beberapa buah gaya yang tidak searah namun berada pada satu titik
tangkap gaya dapat dikerjakan dengan cara analitis maupun cara grafis. Untuk
cara grafis dapat dilakukan dengan cara segitiga gaya, cara segi banyak gaya
atau poligon gaya, dan cara jajaran genjang gaya.
Hukum
Paralelogram menyatakan : jika dua buah gaya yang dinyatakan oleh vektor dan yang bekerja
dalam satuan sudut antara (a) yang
dikenakan pada sebuah benda di titik A, maka aksi dari gaya-gaya tersebut
ekwivalen dengan aksi sebuah gaya yang dinyatakan oleh vektor yang didapat
sebuah diagonal dari pada Paralelogram yang dibuat pada vektor-vektor dan dan dalam arah
yang ditunjukkan dalam gambar 1.8.
Jumlah ke dua
gaya dihitung dengan rumus :
Gambar
1.8 Dua gaya pada satu titik tangkap gaya
Contoh 1 : Dua
gaya bekerja pada sebuah titik tangkap, yaitu F1 = 40 N, dan F2
= 25 N membentuk sudut 45° terhadap
F1. Tentukan besar dan arah gaya pengganti (R) !
Penyelesaian :
Arah gaya
pengganti R adalah :
Jadi besarnya R =
60,32 N dengan arah 17° dari
sumbu x positif.
Gambar
1.9 Resultan dua gaya yang berlainan arah
Contoh 2 : Tiga
buah gaya bekerja pada titik tangkap A, yaitu F1 = 45 N, F2
= 30 N membentuk sudut 60° terhadap
F1, dan F3 = 20 N membentuk sudut 120° terhadap F1, tentukan arah dan besarnya gaya
pengganti R dengan cara grafis dan cara analitis !
Gambar 1.10 Tiga gaya pada satu titik tangkap gaya namun berlainan arah
Penyelesaian :
1) Cara segitiga gaya
Dipakai skala
gaya : 1 cm # 10 N
Gambar 1.11 Menentukan R dengan cara segitiga gaya
Dari gambar 1.11
didapat panjang R = 6,6 cm,
maka besarnya R =
6,6 cm x 10 N/cm = 66 N dengan sudut a = 40°.
2) Cara segi banyak gaya
Dipakai skala
gaya : 1 cm # 10 N
Gambar 1.12 Menentukan R dengan cara segi banyak gaya
Dari gambar 1.12
didapat panjang R = 6,6 cm,
maka besarnya R = 6,6 cm x 10 N/cm = 66 N dengan sudut a = 40°.
3) Cara jajaran genjang gaya
Dipakai skala
gaya : 1 # 10 N
Dari F1
dan F2 dibuat jajaran genjang sehingga didapat R1
Dari F1
dan F3 dibuat jajaran genjang sehingga didapat R
Gambar 1.13 Menentukan R dengan cara jajaran genjang gaya
Dari gambar 1.13
didapat panjang R = 6,6 cm,
maka besarnya R = 6,6 cm x 10 N/cm = 66 N dengan sudut a = 40°.
4) Cara analitis
Untuk menentukan besarnya R (gaya pengganti) dari beberapa buah gaya, maka
gaya-gaya tersebut dapat diuraikan terhadap sumbu x dan sumbu y.
Komponen gaya
terhadap sumbu x :
F1x =
F1 . cos 0° = 45 x 1 = 45 N
F2x =
F2 . cos 60° = 30 x
0,5 = 15 N
F3x =
F3 . cos 120° = 20 x
(–0,5) = –10 N
Komponen gaya
terhadap sumbu y :
F1y =
F1 . sin 0° = 45 x 0 = 0 N
F2y =
F2 . sin 60° = 30 x
0,866 = 25,98 N
F3y =
F3 . sin 120° = 20 x
0,855 = 17,32 N ke arah kiri
Jumlah komponen
gaya terhadap sumbu x dan y :
Fx = F1x
+ F2x + F3x = 45 + 15 – 10 = 50 N
Fy = F1y
+ F2y + F3y = 0 + 25,98 + 17,32 = 43,3 N
Besarnya resultan
untuk gaya Fx dan Fy yang posisinya tegak lurus adalah :
Arahnya resultan
:
Jadi besarnya R =
66,14 Newton dengan arah 40,89° terhadap
sumbu x positif.
Makasi pak , sangat bermanfaaf postingan nya
BalasHapussama-sama... bisa sharing ilmu jg kamu disini.. silahkan
Hapus